Hari itu, Sabat ketika kami
begitu banyak melakukan pekerjaan
Ah, aku lelah sekali! Seharian ini terlalu banyak aktivitas yang kami
kerjakan. Ketika Sabat mulai beberapa jam yang lalu, kami mengikuti-Nya pergi
ke rumah ibadat. Ia mengajar dan bersoal jawab dengan para pemuka agama. Betapa
takjub kami dibuat oleh pengetahuan-Nya. Tiba-tiba di sana datang seorang yang
berteriak dan menggeliat dengan hebatnya. Kata orang, dia kerasukan roh jahat.
Mereka membawa orang itu ke hadapan-Nya. Lalu Ia menghardiknya dan menyatakan
kuasa-Nya, membebaskan si penderita dari belenggu yang mengikatnya.
Sekeluarnya dari situ Ia bersama
Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon. Ia menyembuhkan ibu mertua Simon dari
demamnya. Lantas malam menjelang dan banyak orang mendatangi-Nya minta
disembuhkan dari berbagai keluh kesah sakitnya dan setan-setan yang
menghancurkan hidup mereka. Ia melakukannya. Satu demi satu dijamah dan dialiri
kuasa-Nya.
Setelah malam tiba, waktunya
bagi kami beristirahat! Aku sudah menyiapkan tempat peristirahatan bagi kami
semua. Kurasa sudah menjelang pagi berikutnya ketika kami sampai di pembaringan
dan Ia juga bersama-sama dengan kami.
Namun baru sekejap tidurku
kurasa, Simon dengan gaduhnya membangunkan kami semua. Simon mengajak kami
mencari Dia yang beranjak dari
posisinya. Ketika kami keluar, kami mendapati-Nya duduk diam berdoa di tempat
yang begitu hening dan sunyi. Bayangkan, ini masih gelap gulita, bahkan sinar
matahari saja belum nampak warnanya. Seharian ia begitu banyak melakukan segala-gala,
tapi di waktu seperti ini Ia sudah menyatu dengan keheningan dan menikmati
doanya. Waktu teduh, katanya, untuk berjumpa dengan Bapa-Nya. Waktu teduh,
kata-Nya, untuk melakukan yang terutama.
Hari ini, jauh setelah hari
itu
Setelah Ia menggenapi rencana-Nya mati bagi seluruh umat manusia dan
dibangkitkan kembali, setelah Ia naik ke sorga dan memenuhi kami dengan Roh-Nya
yang berkuasa, barulah aku menyadari dengan jelas, betapa kami sungguh
membutuhkan waktu teduh seperti yang dilakukan-Nya. Ya, waktu teduh memampukan
kami beroleh aliran damai sejahtera dan sukacita. Menguatkan kami untuk terus
bekerja dan berkata-kata menyampaikan Kabar Sukacita hingga nanti
kedatangan-Nya yang kedua. Waktu teduh menyadarkan kami untuk selalu bersandar
di bawah kuasa daulat-Nya dan bernaung dalam lembut kasih-Nya. Waktu teduh
memampukan kami meresapi nyata hadir-Nya dalam setiap bagian kehidupan kami.
Hari ini aku menuliskan ceritaku kepadamu, sobat, untuk mengajakmu menikmati
waktu teduhmu yang selama ini mungkin terabaikan. Dia yang memulihkan
keberadaanmu dengan darah dan nyawa-Nya, Dia juga selalu memulihkan
bagian-bagian hidupmu yang lain, terutama waktu teduhmu dengan-Nya. Adakah kau
mau datang dan berteduh bersama-Nya?
Markus,
salah satu dari dua belas rasul Yesus Kristus.
NB:
Tulisan
ini merupakan intepretasi MHB 2 ke dalam bentuk prosa. Menarik sekali ketika
mengerjakannya karena aku terus diingatkan untuk mensyukuri segala hal.
Mensyukuri keselamatanku, mensyukuri waktu-waktu teduhku, dan mensyukuri relasi
indah dengan kakak yang dianugerahkan-Nya kepadaku, dr. Sandy Grace Tindage.
0 komentar:
Posting Komentar