“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku
sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Galatia 2:20
Menerima
Kristus (lahir baru) adalah sebuah keputusan terpenting dalam kehidupan
manusia. Dengan menerima Kristus, seseorang mutlak memiliki kehidupan kekal,
keberpindahan dari maut kepada hidup, dari gelap kepada terang, dari dunia ini
kepada Kristus. Namun, menerima Kristus bukanlah suatu akhir, melainkan sebuah
awal. Menerima Kristus merupakan awal dari kehidupan yang baru dan kehidupan
yang berkelimpahan dalam menggenapi rencana Allah. Tidak cukup bagi seseorang
apabila ia hanya menerima Kristus saja, tetapi setelah itu ia tidak memberi
hidupnya diperbaharui—atau ia tidak mengerjakan keselamatan yang telah
diperolehnya itu.
Jika seseorang telah menerima Kristus, disana akan
terjadi perubahan-perubahan. Perubahan tersebut bersifat revolusioner dan
menyeluruh. Perubahan-perubahan tersebut (menurut saya) tidak terjadi secara
langsung jadi (meskipun ada juga orang yang setelah percaya langsung berubah
secara total, itulah kasih karunia baginya) melainkan melalui proses, dan
berlangsungnya bertahap. Satu demi satu sifat dan kebiasaan lama mulai
ditanggalkan dan diganti dengan cara hidup yang sesuai dengan kehendak dan
Firman Allah. Dalam diri saya, saya merasakan perubahan tersebt terjadi
perlahan-lahan (ah, mungkin lebih tepatnya terlalu lamban sehingga
hampir-hampir tidak terasa) dan hingga saat ini, saya terus belajar untuk
menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah, sebagai bagian dari perubahan
yang menyeluruh tersebut.
Kadang kala, yang membuat seseorang sulit berubah dan
bertumbuh adalah kondisi hatinya yang mungkin belum diperbaharui seutuhnya. Seseorang
yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya memang tidak hidup
dalam dosa lagi, tetapi luka-luka masa lalu dan kepahitan yang masih ada di
dalam hatinya—yang belum dibereskan—akan menghalangi pertumbuhan dan
perubahannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, diperlukan
kerelaan dari seorang percaya untuk menyerahkan seluruh hati dan hidupnya
kepada Kristus untuk dipulihkan dan diperbaharui seutuhnya, dan kemudian ia
juga menghidupi hidupnya selaku orang-orang yang telah diselamatkan dan
dipulihkan.
Saya bersyukur, saya telah menerima Kristus dan itu
berarti jaminan kehidupan kekal adalah milik saya. Dan pada saat ini, saya
telah dan akan terus menyerahkan hati dan hidup saya untuk mengalami pemulihan
dan pembaharuan, setiap hari semakin serupa Kristus, seiring dengan perjalanan
saya menghidupi kebenaran sejati dalam iman dan integritas yang saya teladani
dari Kristus sendiri.
Jaminan yang menyegarkan bagi saya dan bagi kita
semua adalah sekalipun suatu waktu saya akan gagal dalam “proses seumur hidup”
ini, saya sekali-kali tidak akan ditinggalkan, dan jaminan keselamatan itu
sekali-kali tidak akan terlepas lagi. Saya adalah anak Allah yang tetap dan
selalu menjadi anak Allah, karena setelah saya menerima Kristus, saya tidak lagi
berada di bawah kuasa dosa. Meskipun saya mungkin akan berbuat dosa lagi pada
suatu kesempatan, namun bukan berarti saya berada di bawah kuasa maut lagi.
Tidak, karena penebusan yang dilakukan Kristus adalah penebusan yang sempurna—membayar
seluruh dosa-dosa saya, baik dosa masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang
akan datang.
Memulai hidup baru adalah sebuah kesempatan. Ketika kita
mati nanti, tentu kita berharap hal-hal yang baik yang kita tinggalkan di
dunia. Perbuatan baik yang kita lakukan bukan lagi dimotivasi oleh keinginan
mencari jalan keselamatan. Perbuatan baik yang kita lakukan adalah buah dari
kehidupan kita yang baru, yang bertujuan untuk mempermuliakan nama Sang Pembaharu
Hidup. Terpujilah Tuhan!
Sebuah refleksi dari Memulai Hidup Baru # 1
Credit to my lovely sister, dr. Sandy Grace Tindage
0 komentar:
Posting Komentar