Pages

Minggu, 27 Mei 2012

Doa: Hak Istimewa Bagi Aku yang Hina


Jauh sebelum aku dicipta,
Penciptaku telah menuliskan cerita indah-Nya
Namun dosa menyelinap hingga merusak segalanya
Memutuskan pertalian antara aku dengan Sang Empunya
Aku terhilang dalam ketidak-kenalanku akan hidup
Ketidak-kenalanku akan diriku
Ketidak-kenalanku dengan semesta
Dan bahkan ketidak-kenalanku dengan Pencipta
Putus, habis, lekang, lenyap

Hingga Ia sendiri beri diri-Nya
Datang ke dunia dalam rupa manusia
Dekat denganku dan sering makan semeja
Sembuhkan luka dan bawaku kembali kepada Sang Mahakuasa

Namun rencana tetaplah rencana
Sesuai apa yang telah dikabarkan-Nya
Ia tidak lama menginjak dunia
Ia harus menyelesaikan misi-Nya
Tanggung dosa manusia dan digantung di Golgota
Bangkit pada hari yang ketiga
Naik ke surga dan menyiapkan tempat bagiku di sana

Lantas aku terpisah lagi dengan-Nya?
Bagaimana bila aku merindukan keajaiban kasih-Nya?
Aku yang selalu dekat dengan-Nya menghadapi detik-detik kehilangan-Nya

Namun sungguh sukacita!
Dia memberikanku Roh-Nya
Roh yang memampukan aku berkata-kata

Dia juga memberiku akses rahasia
Untuk aku dapat berbicara dan selalu memanggilnya
Meskipun Ia tidak lagi kasat mata
Namun hadir-Nya sungguhlah nyata!
Akses itu namanya doa

Oh, dulu bagiku kedengarannya amat menyiksa!
Dulu aku pernah dibawa-Nya
Duduk berdiam untuk berjaga dan berdoa
Tapi sungguh lebih lama dari yang kukira
Lantas aku tertidur tanpa mempedulikan-Nya

Dulu pula aku pernah mengejarnya
Ketika pagi buta Ia keluar dan berdoa
Padahal Dia tak tahu betapa repotnya aku
Menghalau orang banyak yang menyerbu sergap dirinya
Minta kuasa atau bahkan pertunjukan mujizat semata

Ah, bahkan sekali lagi aku ingat
Pernah kulihat meskipun hanya sekilas
Ketika di taman itu Dia berdoa
Kelihatan cucuran darah di sekitar lututnya
Di waktu Ia sedang berdoa!

Bagiku betapa tidak menyenangkannya berdoa!
Bahkan berdoa sungguh bisa jadi kegiatan yang menyiksa
Membuat kita jatuh terkulai dan sengsara

Tetapi setelah dicurahkan Roh-Nya
Setelah dicelikkan-Nya mata
Dan setelah dituntun-Nya aku semakin mengenal-Nya

Bagiku doa sungguh istimewa
Doa bukan hanya mantra rapalan semata
Melainkan pemenuhan kebutuhanku untuk menyembah-Nya
Doa bukanlah jurus sakti mandraguna
Tetapi sarana aku berdialog dengan-Nya
Bertanya segala sesuatu
Bercerita segala sesuatu
Memohon segala sesuatu
Menantikan segala sesuatu
Bahkan mendengar segala sesuatu

Kini doa bagiku bukan aktivitas semu belaka
Melainkan sumber kuat yang menuntunku menjalani hidup di dunia
Kini doa bagiku bukan menyulap kemauanku jadi mau-Nya
Melainkan menuntun diriku menerima dan melakukan kehendak-Nya
Kini doa bagiku bukan pertunjukkan demi harga diri semata
Bukan dilantunkan supaya aku terlihat saleh bak alim ulama
Tetapi doa adalah keintiman aku dengan Dia
Doa adalah reaksi logis seperti ketika aku butuh udara
Kini doaku hidup dan hidupku berdoa

Satu lagi kuceritakan kepadamu, kawan
Dulu aku pernah mendengar orang yang amat indah kata-kata doanya
Bahkan ada pula yang menyebutkan kekurangan orang yang berdiri di sebelahnya
Tetapi kata-Nya doa seperti itu bukanlah doa
Melainkan puisi simpatik yang dibacakan untuk beroleh penilaian manusia

Dia pernah mengajariku berdoa
Dengan penuh kerendahan hati dan sukacita
Doa yang dimulai dengan “Bapa kami yang di sorga”
Bayangkan Sang Pemilik sorga bumi menjadi Bapa!
Aku kini tidak lagi senang berdoa
Tetapi aku kini amat butuh berdoa
Segala sesuatu membutuhkan doa
Sebab sedetikpun tak mampu aku hidup tanpa penyertaan-Nya
Apalagi Dia Guruku selalu berdoa
Masakan aku murid-Nya tidak berdoa?

Mari saudaraku,
Mari membangun doa yang hidup
Dan membangun hidup yang berdoa

Dari Petrus, pecundang yang diubahkan oleh cinta-Nya.

Puisi ini ditulis menjelang Pentakosta,
Mengacu kepada sebuah bahan PA yang amat menyegarkan hati saya.
Emhabe tiga yang berjudul “Doa”
Bersama dr.Sandy Grace yang cantik jelita.

0 komentar:

Posting Komentar