Jauh
sebelum aku dicipta,
Penciptaku
telah menuliskan cerita indah-Nya
Namun
dosa menyelinap hingga merusak segalanya
Memutuskan
pertalian antara aku dengan Sang Empunya
Aku
terhilang dalam ketidak-kenalanku akan hidup
Ketidak-kenalanku
akan diriku
Ketidak-kenalanku
dengan semesta
Dan
bahkan ketidak-kenalanku dengan Pencipta
Putus,
habis, lekang, lenyap
Hingga
Ia sendiri beri diri-Nya
Datang
ke dunia dalam rupa manusia
Dekat
denganku dan sering makan semeja
Sembuhkan
luka dan bawaku kembali kepada Sang Mahakuasa
Namun
rencana tetaplah rencana
Sesuai
apa yang telah dikabarkan-Nya
Ia
tidak lama menginjak dunia
Ia
harus menyelesaikan misi-Nya
Tanggung
dosa manusia dan digantung di Golgota
Bangkit
pada hari yang ketiga
Naik
ke surga dan menyiapkan tempat bagiku di sana
Lantas
aku terpisah lagi dengan-Nya?
Bagaimana
bila aku merindukan keajaiban kasih-Nya?
Aku
yang selalu dekat dengan-Nya menghadapi detik-detik kehilangan-Nya
Namun
sungguh sukacita!
Dia
memberikanku Roh-Nya
Roh
yang memampukan aku berkata-kata
Dia
juga memberiku akses rahasia
Untuk
aku dapat berbicara dan selalu memanggilnya
Meskipun
Ia tidak lagi kasat mata
Namun
hadir-Nya sungguhlah nyata!
Akses
itu namanya doa
Oh,
dulu bagiku kedengarannya amat menyiksa!
Dulu
aku pernah dibawa-Nya
Duduk
berdiam untuk berjaga dan berdoa
Tapi
sungguh lebih lama dari yang kukira
Lantas
aku tertidur tanpa mempedulikan-Nya
Dulu
pula aku pernah mengejarnya
Ketika
pagi buta Ia keluar dan berdoa
Padahal
Dia tak tahu betapa repotnya aku
Menghalau
orang banyak yang menyerbu sergap dirinya
Minta
kuasa atau bahkan pertunjukan mujizat semata
Ah,
bahkan sekali lagi aku ingat
Pernah
kulihat meskipun hanya sekilas
Ketika
di taman itu Dia berdoa
Kelihatan
cucuran darah di sekitar lututnya
Di
waktu Ia sedang berdoa!
Bagiku
betapa tidak menyenangkannya berdoa!
Bahkan
berdoa sungguh bisa jadi kegiatan yang menyiksa
Membuat
kita jatuh terkulai dan sengsara
Tetapi
setelah dicurahkan Roh-Nya
Setelah
dicelikkan-Nya mata
Dan
setelah dituntun-Nya aku semakin mengenal-Nya
Bagiku
doa sungguh istimewa
Doa
bukan hanya mantra rapalan semata
Melainkan
pemenuhan kebutuhanku untuk menyembah-Nya
Doa
bukanlah jurus sakti mandraguna
Tetapi
sarana aku berdialog dengan-Nya
Bertanya
segala sesuatu
Bercerita
segala sesuatu
Memohon
segala sesuatu
Menantikan
segala sesuatu
Bahkan
mendengar segala sesuatu
Kini
doa bagiku bukan aktivitas semu belaka
Melainkan
sumber kuat yang menuntunku menjalani hidup di dunia
Kini
doa bagiku bukan menyulap kemauanku jadi mau-Nya
Melainkan
menuntun diriku menerima dan melakukan kehendak-Nya
Kini
doa bagiku bukan pertunjukkan demi harga diri semata
Bukan
dilantunkan supaya aku terlihat saleh bak alim ulama
Tetapi
doa adalah keintiman aku dengan Dia
Doa
adalah reaksi logis seperti ketika aku butuh udara
Kini
doaku hidup dan hidupku berdoa
Satu
lagi kuceritakan kepadamu, kawan
Dulu
aku pernah mendengar orang yang amat indah kata-kata doanya
Bahkan
ada pula yang menyebutkan kekurangan orang yang berdiri di sebelahnya
Tetapi
kata-Nya doa seperti itu bukanlah doa
Melainkan
puisi simpatik yang dibacakan untuk beroleh penilaian manusia
Dia
pernah mengajariku berdoa
Dengan
penuh kerendahan hati dan sukacita
Doa
yang dimulai dengan “Bapa kami yang di sorga”
Bayangkan
Sang Pemilik sorga bumi menjadi Bapa!
Aku
kini tidak lagi senang berdoa
Tetapi
aku kini amat butuh berdoa
Segala
sesuatu membutuhkan doa
Sebab
sedetikpun tak mampu aku hidup tanpa penyertaan-Nya
Apalagi
Dia Guruku selalu berdoa
Masakan
aku murid-Nya tidak berdoa?
Mari
saudaraku,
Mari
membangun doa yang hidup
Dan
membangun hidup yang berdoa
Dari
Petrus, pecundang yang diubahkan oleh cinta-Nya.
Puisi ini
ditulis menjelang Pentakosta,
Mengacu
kepada sebuah bahan PA yang amat menyegarkan hati saya.
Emhabe
tiga yang berjudul “Doa”
Bersama dr.Sandy
Grace yang cantik jelita.
0 komentar:
Posting Komentar