Sebuah Perenungan Ketika Aku Beranjak Dewasa

Hari ini, segala sesuatu berjalan normal seperti biasanya.

Tidak, hari ini bukan hanya sesuatu yang biasa.

Hari ini amatlah indahnya, 
Segala sesuatu berjalan luar biasa.

Hari ini, ulang tahunku.

Hari ini, bertambah usiaku.

Hari ini, aku bertumbuh lagi.

Dalam pertumbuhanku, aku bertambah lagi.

Hari ini aku berubah

Dari seorang gadis kecil biasa menjadi perempuan muda sempurna.

Jangan kau tanya jerawat di dahi, 
Bahkan KTP di dompet sudah bisa aku punya.

Aku, gadis tujuh belas tahun.

Hari ini.

Aku bersyukur, untuk hari yang indah ini.

Aku bersyukur, aku si tujuh belas tahun.

Aku bersyukur, hari ini tidak hampa berlalu.

Aku bersyukur, mereka memperhatikanku

Setidaknya terbukti dengan ratusan ucap dan doa.

Aku bersyukur, mereka menerimaku.

Setidaknya terwujud, dengan sekotak kue yang mereka serahkan kepadaku.

Aku bersyukur, mereka mengingat keberadaanku.

Setidaknya terlihat, dari acara makan malam yang kami lalui bersama.

Aku bersyukur, Aku bersyukur, beliau mengasihiku.

Setidaknya tergambar, dari Alkitab miliknya yang dihadiahkannya kepadaku.

Aku bersyukur, Tuhan mencintaiku

Setidaknya karena Ia memberiku hari ini, yang terindah di hidupku.

Tapi, apakah karena itu semua aku bersyukur?

Jika tanpa perhatian dan ucapan mereka,

Tanpa pesan di situs jejaring dan telepon genggam kecil itu,

Apakah aku akan tetap bersyukur?

Jika tanpa penerimaan mereka,

Tanpa sekotak kue lezat yang mereka berikan,

Apakah aku masih bisa bersyukur?

Jika tanpa ingatan mereka,

Tanpa makan malam dan kue berlilin,

Apakah aku masih bisa bersyukur?

Jika tanpa kasihnya,

Tanpa Alkitab bersampul kulit warna hitam pekat

Yang ditulisinya dengan cinta dan doa sebagai didikan,

Apakah aku masih bisa bersyukur?

Dan jika tanpa sepengetahuan mereka,

Dan jika tanpa sepengetahuan seisi dunia,

Dan jika tanpa izin Tuhan aku menginjak tahunnya

Dan tanpa hari ini hidupku terhenti

Apakah aku masih bisa bersyukur?

Oh Tuhan, inilah perenungan dan pembelajaran sepanjang hidupku

Mensyukuri hidup

Jakarta, 12 Maret 2012
(Hasil perenungan mendalam pada 9 Maret 2012)