Pages

Kamis, 16 Februari 2012

Untuk Tuhan dan Untuk Mama

Dia bukan wanita yang mengandungku. Darahnya tidak setetespun mengalir dalam ragaku. Bukan sel telurnya yang membentukku, bukan rahimnya tempat kejadianku. Dia bahkan belum bersuami, dan kami berbeda. Aku putih dan dia hitam, rambutku lurus dan dia keriting. Dia dari Sumatera dan aku lahir di Jawa. Tapi Tuhannya dan Tuhanku sama. Dan Tuhan yang sama itu ajaib. Kasih Tuhan yang sama yang mengikat kami. Sungguh, kini aku menjadi anaknya. Anak dari wanita yang kupanggil mama.
                Berbahagianya aku, hai dunia. Aku anak sebatang kara. Sanak saudara yang sealir darah aku tak punya. Naunganku hanya persinggahan belaka. Aku anak miskin papa. Biaya hidupku bak Tuhan pintal bunga. Yang sekarang ada dan akan selalu dicukupkan-Nya. Aku anak bermasalah. Batin dan jiwaku penuh luka. Latar belakang dan masa laluku pernah menggerogot amat dalam hingga membuatku hampir gila. Aku pernah berpikir bahwa keberadaanku adalah bencana belaka. Tidak diharapkan apalagi didoakan. Bahkan aku berasal dari sperma siapa, hingga kini aku tak mengenalnya. Tapi ternyata keindahan bagiku bila aku ada di dunia. Sungguh Sang Maestro sendiri yang membentuk buah pinggangku dan meresmikan keberadaanku di dalam dunia. Akulah karya cinta-Nya.
                Dan terlebih heran lagi, aku yang dibentuk-Nya ini harusnya mati dalam kubangan dosa. Hidupku ini hakikatnya di neraka. Mati karena dosa itulah selayaknya. Tapi sungguh, Sang Penciptaku itu merentangkan tangannya. Mati di Golgota demi kehidupanku di rumah Bapa. Menukar hidupnya dengan pembebasanku dari jerat dosa. Mendamaikanku dengan Allah dan menjadikanku umat Kerajaan-Nya. Dia membayar lunas semua. Kristus membayar lunas semua. Kelamnya masa laluku telah dibayar dengan kelamnya bukit Golgota menyambut matinya Sang Raja. Perihnya luka-lukaku dibalut dengan curahan darah kudus-Nya. Aku bersih, aku pulih, aku hidup! Dan semua itu yang mewujudkan keberhargaanku dimata-Nya. Aku indah dan dikasihi dengan teramat sempurna.
                Lebih dari itu, Ia memberikan seorang mama buatku. Mama yang membawaku masuk ke dalam hubungan yang lebih lekat dengan Sang Juruselamat. Mama yang membimbingku kepada pemahaman yang lebih utuh akan kehidupan kekal. Mama yang menuntunku berdoa. Mama yang berjuang bagiku dan menanamkan nilai-nilai Kristus di jalanku. Mama yang menyatakan teladan nyata dari seluruh segi kehidupannya. Mama yang membukakanku betapa perlunya aku akan kebenaran Firman Allah. Mama yang mengampuniku ketika aku bersalah tanpa melupakan penghajaran yang sewajarnya ia berlakukan. Mama yang seperti Kristus.
                Mamaku bukan pengandungku, mamaku bukan pelahirku. Bagiku ia lebih dari itu. Ia memberikan totalitas hidupnya bagi Allah dan curahan kasih sayangnya bagi diriku. Ia memperhatikan kebutuhan-kebutuhanku dan mencukupinya meskipun untuk itu ia harus mengorbankan kebutuhannya. Mama yang tetap teguh dalam imannya tanpa peduli apapun yang ditawarkan dunia. Mama yang setia melayani dan mencintai Tuhan dalam setiap tarikan nafasnya.
                Memang aku seringkali lupa diri. Aku berlaku kasar dan tidak hormat kepada mama. Aku melawan dan tidak turut ajaran yang diaturnya sedemikian rupa. Aku lebih suka ikut diriku sendiri daripada kata-kata mama. Tetapi setiap kali aku kelelahan, mama ada dan menguatkan dengan semangat yang daripada Tuhan. Setiap kali aku kesakitan, mama yang membalut lukaku dengan kasih Tuhan. Setiap kali aku kepayahan, mama menyandarkanku dalam peluknya dan membisikkan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan. Setiap petang dan pagi dalam doanya namaku disebutkan dengan penuh cinta dan harapan untuk kemuliaan Tuhan.
                Terimakasih Tuhan. Aku bersyukur ketika merenungkan perbuatan Tuhan bagiku hingga saat ini. Aku bersyukur mengingat betapa besar cinta Tuhanku dan kelimpahan karunia-Nya dalam hari-hariku. Terimakasih Tuhan, kutahu sedetikpun tidak Kau tinggalkan kami. Kutahu Tuhan mengerti seluruh kerinduan mama dan mengenal mama jauh daripada ia mengenal dirinya sendiri. Kutahu kelimpahan Tuhan selalu besertanya karena ia pun mencintai Tuhan lebih dari segalanya. Biarlah Roh-Mu tetap di dalamku Tuhan, dan menuntunku kepada kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan. Biarlah Roh-Mu tetap di dalamku Tuhan, menunutunku memusatkan pandangan dan cintaku kepada Tuhan saja. Biarlah Roh-Mu tetap membimbingku Tuhan, membimbingku untuk taat pada perintah Tuhan dengan menghormati mama dan menghargai keberadaannya.

Untuk Tuhan dan untuk mama.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mamamu adalah wanita luar biasa yang pernah saya kenal..
beliau juga punya peran besar dalam caraku berpikir, "
Dia adalah wanita yang luar biasa...
Salam hangatku buat mamamu dek..

Posting Komentar